|
|
---|
Jumat, 23 Oktober 2009
Seksi, Bagian Strategi Pemasaran. Menjadi seorang sales girl, selain harus memiliki tampang dan bodi yang aduhai, juga harus pandai merayu konsumen. Hal itu diperlukan agar konsumen tertarik dan membeli produk yang dijualnya. Coba saja kalau seorang sales girl memasang muka judes dan jaim (jaga image), bisa jadi barang dagangannya tidak akan dibeli konsumen, bahkan mungkin disentuh pun tidak.Menariknya, kebanyakan para sales ini adalah mahasiswa. Rina Purnamawati yang biasa disapa Rina, salah satunya. Kelahiran Palembang, 5 Februari 1989 itu, tercatat sebagai mahasiswi semester VI, Jurusan Komputer Akuntansi Universitas IGM Palembang. Kemudian, Silka Pradifta Rama Aprita. Silka begitu panggilan cewek kelahiran Palembang, 25 April 1988 lalu merupakan mahasiswi semester VII Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.Sales lainnya, Intan Maharani (Intan), kelahiran Palembang, 22 Juli 1989. Ia adalah mahasiswi semester I, Fakultas Ekonomi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Palembang. Kemudian, Karmila Rosa alias Mila yang lahir di Palembang, 12 Mei 1988, tercatat sebagai mahasiswi semester VI Jurusan Teknik Telekomunikasi Program D-3 Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.
Keempatnya merupakan sales salah satu produk rokok yang beberapa waktu lalu, menggelar acara di Atrium Palembang Trade Centre (PTC) Mall. Lantas, mengapa mereka mau menekuni profesi ini? Bukankah kesibukan kuliah lumayan padat? Berikut wawancara wartawan Sumatera Ekspres, Kemas A Rivai dengan mereka di sela-sela acara A Mild Live Drop Box Zone.
Sudah lama menjadi sales?
Rina: Sejak pertengahan 2008.
Silka: Sudah sekitar dua tahunan.
Intan: Lebih kurang tiga tahunan.
Mila: Sekitar 4 tahunan.
Kenal pekerjaan sales dari mana?
Rina: Ditawari oleh teman yang sudah lebih dulu jadi sales.
Silka: Waktu itu ada dari EO (event organizer) yang datang ke kampus nawarin buat jadi female promotion atau SPG (sales promotion girl) salah satu produk rokok.
Intan: Mulanya ditawari sama agency. Kebetulan aku juga berkecimpung di dunia modeling.
Mila: Tahunya juga dari teman aku sesama model.
Sistem kerja sales itu seperti apa sih?
Rina: Part time (paruh waktu, red) dan tergantung event. Tapi, ada juga yang dikontrak. Kalau Rina pilih yang part time aja, lebih simple.
Silka: Kalau pas ada event kerjanya sekitar 8 jam, mulai dari pukul 8 pagi hingga 5 sore.
Intan: Ada kontrak, tapi ada juga yang hanya part time. Tergantung sama kitanya sih. Tidak ada patokan waktu.
Mila: Part time, sembari ngisi kekosongan. Tapi, ada juga yang kontraknya. Ya, boleh dibilang tergantung dengan event-nya.
Berapa sih honornya?
Rina: Kalau jumlahnya relatif. Pas event seperti ini (acara salah satu produk rokok, red) pastinya lebih besar ketimbang di luar event.
Silka: Ada deh. Tapi, kalau buat keperluan kita, lebih dari cukup.
Intan: Biasanya kalau pas event khusus seperti ini (ada event) per harinya kita dapat honor Rp200 ribuan. Kalau lagi tak ada event maksimal Rp150 ribu per hari.
Mila: Sama, Rp200 ribu untuk event dan Rp150 ribu bukan event. Lain lagi kalau kita dikontrak, semisal ada road show keliling daerah, itu lebih besar lagi honornya.
Buat apa?
Rina: Dikumpuli dan buat tambahan keperluan sehari-hari.
Silka: Langsung ditabung.
Intan: Paling dipakai buat beli keperluan di luar kuliah. Kalau biaya kuliah kita masih ditanggung ortu (orang tua).
Mila: Paling banyak ya ditabung buat masa depan.
Kok tertarik jadi sales?
Rina: Selain sekadar having fun dan mengisi kekosongan juga untuk cari-cari relasi dan pengalaman kerja. Termasuk, tergiur juga dengan honornya, Kak. He. . . he. . .he. .
Silka: Memperluas pergaulan dan mencari teman juga. Lumayan honornya buat nambah belanja keperluan, tanpa mesti membebani ortu.
Intan: Hanya sekadar mengisi kekosongan aktivitas kuliah. Sekaligus pengen cari pengalaman kerja. Selain itu, karena Intan juga model, ya jadinya pas sekalian bisa menambah relasi.
Mila: Tambah wawasan, Mas. Sekaligus belajar gimana susahnya cari uang. ‘Kan buat masa depan juga. Asal positif tak masalah.
Sales, pakaiannya mesti minim dan seksi (maaf)?
Rina: Itu barangkali merupakan salah satu strategi pemasaran produk untuk bisa mendapatkan konsumen.
Silka: Hanya sebatas strategi pemasaran produk. Ndak lebih dari itu.
Intan: Mungkin itu hanya sebatas untuk menarik konsumen. Intan fun-fun aja sepanjang itu tak melenceng dari aturan dan kaidah agama.
Mila: Ndak minim banget, Kak. ‘Kan kita masih ada short (kaus kaki sebatas paha, red). Emang kelihatan seksi banget.
Apa tidak takut dicap negatif?
Rina: Kalau saya enjoy aja, Kak! Sepanjang dari kitanya memang berniat kerja, bukan yang lain.
Silka: Tampilannya ‘kan masih sopan. Yang negatif itu tergantung dari kitanya sendiri juga. Konsumen kalau kita tak bertindak neko-neko mereka juga segan pastinya.
Intan: Kalau dicap negatif ada juga khawatirnya. Tapi, itu balik-balik dari diri kita juga. Mesti pintar jaga diri.
Mila: Yang namanya tuntutan profesi ya, harus seksi. Kalau saya sederhana, asal tidak menyimpang dari itu, tak masalah. Orang juga tidak akan berpikir negatif kok.
Ortu dan keluarga mendukung?
Rina: Awalnya sempat ditentang. Katanya, mending kalau mau cari pekerjaan sampingan di bidang lain saja. Tapi, lambat laun mereka akhirnya menerima. Karena, Rina memang betul-betul kerja, ndak ada yang lain.
Silka: Mereka mendukung. Yang penting kalau kerja harus benar. Jangan khianati kepercayaan yang mereka berikan.
Intan: Awalnya tak memperbolehkan. Tapi itu bagaimana cara pendekatan dan penjelasan yang kita berikan. Lambat laun mereka ngerti. Termasuk, kalau harus keluar kota biasanya ada pendamping dari keluarga.
Mila: Sempat menolak juga. Ya, itu tadi kak. Sales ini lebih cenderung dicap negatif ketimbang yang positifnya. Tapi, setelah Mila buktiin kalau memang benar-benar kerja, mereka sekarang mendukung.
Bagaimana dengan pacar?
Rina: Sempat ngelarang juga waktu tahu aku kerja gini. Tapi, setelah diberi pengertian, dia dukung. Yang terpenting adalah saling percaya.
Silka: Dia dukung, tapi katanya kalau bisa jangan kerja di malam hari, bisa bahaya.
Intan: Dia ngerti kalau aku kerjanya seperti ini. Asalkan positif dan bisa saling memahami dia anggap tidak masalah.
Mila: Dia mendukung penuh kok.
Lulus kuliah, apa tetap menekuni pekerjaan ini?
Rina: Pastinya tidak dong. Jadi sales ini hanya semacam batu loncatan. Apalagi, rata-rata kita masih pada kuliah. Fokus utamanya ya nyelesain kuliah dan cari pekerjaan yang tetap.
Silka: Tidak mungkin kerja seperti ini terus. Pastinya pengen kerja tetap.
Intan: Jadikan ini semacam menimba ilmu dan pengalaman. Kalau untuk dijadikan pekerjaan tetap tidak.
Mila: Selesai kuliah pengennya cari pekerjaan yang lain di luar ini।
http://www।sumeks.co.id
Keempatnya merupakan sales salah satu produk rokok yang beberapa waktu lalu, menggelar acara di Atrium Palembang Trade Centre (PTC) Mall. Lantas, mengapa mereka mau menekuni profesi ini? Bukankah kesibukan kuliah lumayan padat? Berikut wawancara wartawan Sumatera Ekspres, Kemas A Rivai dengan mereka di sela-sela acara A Mild Live Drop Box Zone.
Sudah lama menjadi sales?
Rina: Sejak pertengahan 2008.
Silka: Sudah sekitar dua tahunan.
Intan: Lebih kurang tiga tahunan.
Mila: Sekitar 4 tahunan.
Kenal pekerjaan sales dari mana?
Rina: Ditawari oleh teman yang sudah lebih dulu jadi sales.
Silka: Waktu itu ada dari EO (event organizer) yang datang ke kampus nawarin buat jadi female promotion atau SPG (sales promotion girl) salah satu produk rokok.
Intan: Mulanya ditawari sama agency. Kebetulan aku juga berkecimpung di dunia modeling.
Mila: Tahunya juga dari teman aku sesama model.
Sistem kerja sales itu seperti apa sih?
Rina: Part time (paruh waktu, red) dan tergantung event. Tapi, ada juga yang dikontrak. Kalau Rina pilih yang part time aja, lebih simple.
Silka: Kalau pas ada event kerjanya sekitar 8 jam, mulai dari pukul 8 pagi hingga 5 sore.
Intan: Ada kontrak, tapi ada juga yang hanya part time. Tergantung sama kitanya sih. Tidak ada patokan waktu.
Mila: Part time, sembari ngisi kekosongan. Tapi, ada juga yang kontraknya. Ya, boleh dibilang tergantung dengan event-nya.
Berapa sih honornya?
Rina: Kalau jumlahnya relatif. Pas event seperti ini (acara salah satu produk rokok, red) pastinya lebih besar ketimbang di luar event.
Silka: Ada deh. Tapi, kalau buat keperluan kita, lebih dari cukup.
Intan: Biasanya kalau pas event khusus seperti ini (ada event) per harinya kita dapat honor Rp200 ribuan. Kalau lagi tak ada event maksimal Rp150 ribu per hari.
Mila: Sama, Rp200 ribu untuk event dan Rp150 ribu bukan event. Lain lagi kalau kita dikontrak, semisal ada road show keliling daerah, itu lebih besar lagi honornya.
Buat apa?
Rina: Dikumpuli dan buat tambahan keperluan sehari-hari.
Silka: Langsung ditabung.
Intan: Paling dipakai buat beli keperluan di luar kuliah. Kalau biaya kuliah kita masih ditanggung ortu (orang tua).
Mila: Paling banyak ya ditabung buat masa depan.
Kok tertarik jadi sales?
Rina: Selain sekadar having fun dan mengisi kekosongan juga untuk cari-cari relasi dan pengalaman kerja. Termasuk, tergiur juga dengan honornya, Kak. He. . . he. . .he. .
Silka: Memperluas pergaulan dan mencari teman juga. Lumayan honornya buat nambah belanja keperluan, tanpa mesti membebani ortu.
Intan: Hanya sekadar mengisi kekosongan aktivitas kuliah. Sekaligus pengen cari pengalaman kerja. Selain itu, karena Intan juga model, ya jadinya pas sekalian bisa menambah relasi.
Mila: Tambah wawasan, Mas. Sekaligus belajar gimana susahnya cari uang. ‘Kan buat masa depan juga. Asal positif tak masalah.
Sales, pakaiannya mesti minim dan seksi (maaf)?
Rina: Itu barangkali merupakan salah satu strategi pemasaran produk untuk bisa mendapatkan konsumen.
Silka: Hanya sebatas strategi pemasaran produk. Ndak lebih dari itu.
Intan: Mungkin itu hanya sebatas untuk menarik konsumen. Intan fun-fun aja sepanjang itu tak melenceng dari aturan dan kaidah agama.
Mila: Ndak minim banget, Kak. ‘Kan kita masih ada short (kaus kaki sebatas paha, red). Emang kelihatan seksi banget.
Apa tidak takut dicap negatif?
Rina: Kalau saya enjoy aja, Kak! Sepanjang dari kitanya memang berniat kerja, bukan yang lain.
Silka: Tampilannya ‘kan masih sopan. Yang negatif itu tergantung dari kitanya sendiri juga. Konsumen kalau kita tak bertindak neko-neko mereka juga segan pastinya.
Intan: Kalau dicap negatif ada juga khawatirnya. Tapi, itu balik-balik dari diri kita juga. Mesti pintar jaga diri.
Mila: Yang namanya tuntutan profesi ya, harus seksi. Kalau saya sederhana, asal tidak menyimpang dari itu, tak masalah. Orang juga tidak akan berpikir negatif kok.
Ortu dan keluarga mendukung?
Rina: Awalnya sempat ditentang. Katanya, mending kalau mau cari pekerjaan sampingan di bidang lain saja. Tapi, lambat laun mereka akhirnya menerima. Karena, Rina memang betul-betul kerja, ndak ada yang lain.
Silka: Mereka mendukung. Yang penting kalau kerja harus benar. Jangan khianati kepercayaan yang mereka berikan.
Intan: Awalnya tak memperbolehkan. Tapi itu bagaimana cara pendekatan dan penjelasan yang kita berikan. Lambat laun mereka ngerti. Termasuk, kalau harus keluar kota biasanya ada pendamping dari keluarga.
Mila: Sempat menolak juga. Ya, itu tadi kak. Sales ini lebih cenderung dicap negatif ketimbang yang positifnya. Tapi, setelah Mila buktiin kalau memang benar-benar kerja, mereka sekarang mendukung.
Bagaimana dengan pacar?
Rina: Sempat ngelarang juga waktu tahu aku kerja gini. Tapi, setelah diberi pengertian, dia dukung. Yang terpenting adalah saling percaya.
Silka: Dia dukung, tapi katanya kalau bisa jangan kerja di malam hari, bisa bahaya.
Intan: Dia ngerti kalau aku kerjanya seperti ini. Asalkan positif dan bisa saling memahami dia anggap tidak masalah.
Mila: Dia mendukung penuh kok.
Lulus kuliah, apa tetap menekuni pekerjaan ini?
Rina: Pastinya tidak dong. Jadi sales ini hanya semacam batu loncatan. Apalagi, rata-rata kita masih pada kuliah. Fokus utamanya ya nyelesain kuliah dan cari pekerjaan yang tetap.
Silka: Tidak mungkin kerja seperti ini terus. Pastinya pengen kerja tetap.
Intan: Jadikan ini semacam menimba ilmu dan pengalaman. Kalau untuk dijadikan pekerjaan tetap tidak.
Mila: Selesai kuliah pengennya cari pekerjaan yang lain di luar ini।
http://www।sumeks.co.id
Label: Event Organizer, SPG
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar